Sejarah

30 April 1897, Mgr. Walterus Staal, SJ (Vikaris Apostolik Batavia) meminta Pemimpin Societas JMJ di Belanda agar Societas JMJ berkarya di tanah Minahasa, terutama untuk mendidik dan mengangkat harkat hidup kaum wanita muda. Tawaran berkarya di tanah misi ini diteruskan kepada para anggota dan sebagian besar Suster sangat antusias meresponnya. Sr. Seraphine Pullens, JMJ memilih 6 Susterdari 215 pelamar. Keenam Suster perintis tersebut adalah

  1. Sr. Boniface Meyer JMJ,
  2. Sr. Basilissa Heister JMJ,
  3. Sr. Wenceslas TePoel JMJ,
  4. Sr. Dosithea Schambergen JMJ,
  5. Sr. Josephine Van Den Berg JMJ dan
  6. Sr. Laetitia Loonen JMJ.

5 Mei 1898, berlayarlah menuju Indonesia keenam Suster dari Belanda dan tiba di Pelabuhan Manado pada tanggal 17 Juli 1898 disambut oleh Pastor Onel SJ (Pastor Paroki Manado). 18 Juli 1898, selama 9 jam perjalanan Manado – Tomohon dengan menggunakan roda sapi yang merupakan kendaraan tradisional rakyat Minahasa, keenam Suster tiba di Tomohon. Tomohon merupakan daerah misi pertama Societas JMJ berkarya di luar Eropa dan sekolah bagi anak – anak gadis adalah karya pertama Societas JMJ di tanah Minahasa.

Bulan Oktober tahun 1901 Societas JMJ membeli pekarangan dan rumah besar milik Mayor Wenas di Kelurahan Kolongan (sekarang) dan dijadikan sebagai Biara Walterus. Karya awal medis berupa poliklinik darurat dan sederhana pada sebuah bangunan di belakang pastoran Katolik Tomohon Utara (sekarang Pastoran Paroki Hati Kudus Yesus). Masyarakat menamakan poliklinik tersebut Rumah sakit Bundar dan pada tahun 1913 poliklinik ini diperluas.

12 April 1921, Societas JMJ membeli sebidang tanah di belakang biara Walterus, di daerah perbukitan untuk pembangunan rumah sakit yang permanen. Pertengahan bulan Juni 1928 pembangunan rumah sakit di mulai. Pekerjaan meratakan tanah dipercayakan pada Bapak Aloysius Kaunang dan yang mengawasi pekerjaan pembangunan adalah Sr. Laetitia Loonen JMJ. Rencana bangunan rumah sakit digambar oleh Tuan De Voets. Peletakan batu pertama dilakukan pada bulan Mei 1929 dan bangunan selesai pada tahun berikutnya. Pemasangan listrik pada tanggal 10 Februari 1930. Biaya seluruh pembangunan rumah sakit sebesar 250.000 gulden.

Pentahbisan bagian utama gedung rumah sakit dilakukan pada malam tanggal 10 Februari 1930 oleh Mgr. Panis (Prefek Apostolik Sulawesi) dan di hadiri oleh Resident Manado (Tn. Schmidt), pamong praja, walikota manado, 7 orang dokter dan para pemuka dalam dunia perdagangan. 11 Februari 1930 bagian lain dari rumah sakit diberkati oleh Mgr. Panis.

Sejak tahun 1930 sampai dengan 1954 Rumah sakit dikenal dengan nama Rooms Katholiek Ziekenhuis (R.K.Z) Marienheuvel. Pada jaman pendudukan Jepang RS sempat diganti menjadi Tomohon Byoing. April 1954 sampai sekarang dikenal dengan nama RS Gunung Maria. Bersama – sama dengan RS Budi Mulia Bitung, RS Budi Setia Langowan, RS Hermana Lembean dan RS Cantia Tompaso Baru berada di bawah naungan Yayasan Ratna Miriam dan pada tanggal 7 Oktober 2011 seluruh karyak esehatan Societas JMJ di Sulawesi Utara, berada di bawah naungan badan hukum berbentuk perseroan terbatas yaitu PT. Ratna Timur Tumarendem.